Be Prepared, Be humble, Keep practicing.
Pernah nggak kamu ngerasa minder pas mau PTC? ragu-ragu atau takut keliatan jelek di layar? kalau pernah ya nggak apa apa. Ratusan reporter yang baik masih tetap tegang setiap kali mereka melakukan PTC, padahal mereka sudah sangat sering melakukan PTC.
Takut keliatan jelek itu bagus, karena akan membuat setiap reporter terus memperbaiki diri. Yang harus diwaspadai adalah takut keliatan tidak cantik atau tidak tampan... ukuran jelek atau tidak sebuah PTC bukan pada keberhasilan si reporter terlihat tampan atau cantik. Menurut saya ukuran bagus tidaknya adalah dari keberhasilan PTC itu memperkuat cerita dan citra sang reporter. Citra yang harusnya didapat bukan cantik atau ganteng, tapi kredibilitas si reporter.
dibawah ini ada beberapa Tips yang mudah-mudahan bisa berguna bagi para reporter yang berniat jadi jagoan PTC.
Reporter seharusnya menyiapkan diri sebelum setiap PTC. Persiapan yang dilakukan berkaitan dengan beberapa hal; isi kepala (riset dulu biar ngerti apa yang mau diomongin), cek wardrobe (biar nggak jumping... kalau mau liputan banjir, jangan pakai high heels. liputan wisata pantai jangan pakai baju item itu..), siapkan pendukung (narsum, lokasi, ide PTC diobrolin sama campers), siapkan badan (kalau perlu bersih-bersih, pakai tissue dulu, ilangin keringet... kalau perlu!)
Jangan sok Jaim!! tujuan reporter tampil adalah kredibilitas. kredibel nggak sama dengan cantik atau rapi, kredibel lebih dekat ke cerdas dan sesuai konteks. Makanya kalau PTC sesuaikan dengan konteks dan jangan bikin PTC standar. itu menunjukan kualitas sebagai reporter. (PTC standard = reporter.. standar). kalau disuruh PTC agak ekstrim, lakukan aja (tentunya dihitung juga bahayanya) karena keberanian akan meningkatkan kredibilitas juga. Jangan takut-takut bikin PTC megang uler, ngelus macan, ngangkat rajawali atau sambil bunjee jumping. Yang penting itung dulu resikonya... jangan Jaim ya...
Tampilan jangan berlebihan, sesuaikan dengan konteks berita dan sekelilingmu. Kalau sedang liputan banjir, sandal gunung terlihat cukup pantas, tapi kalau lagi di Istana, Jas oke aja kok. Jangan sok cuek pakai celana pendek ke liputan resmi atau sok jaim pakai baju rapi terus padahal liputannya kumuh. reporter harus bisa membaur dengan lingkungan dimanapun dia berada. tampilan juga termasuk wajah dan gaya, bukannya hanya busana. Kalau lagi liputan liburan, buat sesantai mungkin, kalau untuk musibah ya lebih serius lah..
Ingat durasi. Salah satu yang paling membatasi reporter dan camera person adalah durasi. Reporter harus sadar durasi, kalau akan ditayangkan di berita harian yang durasinya hanya 1 - 3 menit, jangan buat PTC sampai 1 menit, pasti tidak dipakai. Lain lagi ceritanya kalau PTC untuk program feature yang bisa ber durasi 15 menitan.
Reporter yang baik akan memiliki suara yang baik. Powernya harus cukup, sehingga dapat ditangkap sempurna oleh microphone, clarity nya juga menentukan. Terlalu sering menarik nafas atau mengeluarkan bunyi seperti; eeee…mmmhhh….lalluuuu…dannnn… serta sejenisnya mengurangi kepercayaan dari audience. makanya latian dulu sebelumnya... jangan sok pede tanpa latian.
Pronunciation sejelas mungkin ya. Kalau bisa logat-logatnya diilangin dulu deh. Bisa dilatih kok menghilangkan logat itu.
Speed that matter!. Bukan Cuma clarity dan pronunciation yang harus diperhatikan. Speed seringkali malah menjadi masalah dalam PTC. Kalau PTC disampaikan terlalu cepat, selain sulit dimengerti oleh audience, sang reporter/presenter akan berkesan panic atau gugup. Terburu-buru bicara agar segera selesai PTC nya. Sebaliknya kalau terlalu lambat akan membosankan dan terkesan bodoh. Kecepatan yang tepat akan sangat membantu membangun kredibilitas dan mencegah audience berpindah channel.
Bicara secukupnya. Jangan terlalu banyak bumbu, keliatan cerewet dan sok tau. Jangan juga terlalu langsung ke tujuan, nanti kayak orang galak dan nggak cerdas. Ajak audience untuk mengikuti alur ceritamu, bukan sekedar ngomong, tapi ajak pemirsa mendengarkan kamu.
Hanya tuhan yang sempurna. Jadi nggak perlu malu liat catatan, terlihat takut, sedih atau bingung kalau memang sesuai konteks berita. Dalam sebuah bencana alam, tampilan wartawan yang kusut, agak takut tapi tetap berusaha tenang bisa jadi lebih menyentuh daripada seorang reporter yang tampil sempurna.
Yang terakhir, Practice make perfect. Jangan sampai merasa sudah terlalu sempurna, selalu ada ruang untuk perbaikan. Jangan sombong ya…. terus berlatih...
didit
No comments:
Post a Comment